Tuesday, July 22, 2008

Bukan Pejantan Tangguh

Daun – daun mulai mengering. Daun daun itu menguning, jatuh melayang tersapu angin maret di sore nan kering. Hujan telah hampir sepuluh purnama tak kunjung menyiram, desir basah angin dari kaki bukit pun seolah hanya penyejuk sebuah kehausan alam yang mulai meranggas terbakar matahari.

Jam 10:30

GB bangun siang, atau lebih tepatnya kesiangan, beruntung hari ini hari minggu, hingga dia tak perlu repot repot tergagap bangun untuk menyambar handuk dan meloncat segera kekamar mandi. Dia hanya menggeliat panjang merasakan persendian di seluruh tubuhnya melonggar nyaman, matanya yang bening berkaca-kaca setelah mulutnya menguap lebar, mengejap menatap kosong langit langit kamar, pikirannya kosong, hatinya hampa. Ada sesuatu yang hilang dari tujuan hidupnya selama ini.Sesuatu yang sebelumnya telah menjadi rutinitasnya dan tiba-tiba saja seolah tercabut begitu saja. Semalam pikirannya begitu tegar, seolah berharap esok pagi sesuatu yang baru dapat melupakan segalanya. Tapi nyatanya tidak!.

12:00

Suara sepeda motor yang terparkir di halaman rumah, menggugah rasa penasaran GB yang masih bermalasan di atas kasur sambil menikmati tayangan kartun di TV, setelah mandi tadi, pikirannya sedikit terbuka, meski sesaknya rasa yang menggumpal di dalam dada tak mampu jua dia usir, GB melongok keluar jendela. Dilihatnya Farbee dan Ebeng dibawah masih sibuk memarkir motor di depan teras rumah tempat kost GB. GB bergegas kearah pintu, bersiap membukakan pintu untuk kedua sahabat karibnya. Dan bersiap untuk curhat.

12:05

“ Woi ! bangun woi, jam segini masih molor “ seru Farbee dari arah pintu, GB hanya tersenyum, berusaha menyembunyikan rasa pahit yang mengganjal di hatinya.

“ Mau ikutan ngga ? kita mau nonton konsernya The Fly di lapangan Renon “ Ebeng yang muncul kemudian, segera menutup daun pintu dengan perlahan.

“ Males ah, hari ini gue mau di rumah aja “ GB menjawab dengan enggan, tak ada yang tau isi hatinya saat ini, tak ada yang tau keadaannnya saat ini.

“ Yah elu man, hari minggu gini ngga baik mendekam sendiri dalam kamar, mending di pake refresing, cuci mata…cuci mata “ ujar farbee yang telah merebahkan tubuhnya di ranjang, sementara tangannya memegang remote dan bersiap mengganti saluran TV.

“ Ayolah, gue bela – belain jauh jauh kesini, mau ngajakin elu, masak elu tolak… ngga asik lu man “ tambah Ebeng, dia meletakkan tas punggungnya di lantai dekat ranjang. GB terdiam, mungkin…mungkin ini bisa menjadi mengobat luka hati. Pikirnya dalam hati. Akhirnya GB pun mengangguk, rahasia ini masih terpendam di dasar hatinya, dan mungkin memang bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkannya ke Farbee pun juga Ebeng untuk saat ini.

13:45

Lapangan Renon, yang terletak di jantung kota Denpasar telah penuh sesak dengan motor yang terparkir rapi berjajar depan dan belakang. Tak perlu waktu lama untuk memarkir motor dalam luasnya lapangan yang masih tersisa, hanya mencari tempat teduh di bawah pohon akasia, motor pun terparkir dengan nyaman, tanpa takut protes kepanasan tersengat terik matahari yang panas. Didalam suasana tak kalah ramainya, penonton telah berjubel bahkan di depan tepat di bawah panggung, kerumunan penonton malah asyik berjingkrak – jingkrak, menikmati alunan music band pembuka yang menghentak.

“Tapi kita kan baru saja kenal, bahkan kita masih belum tau karakter diri kita masing masing, aku siapa kamupun siapa ? “ kata Ansy tadi malam, di depan teras tempat kost mereka. Ansy satu kost dengan GB hanya kamarnya terletak paling ujung, sementara kamar GB terletak di lantai dua.

“ Tapi keakraban kita seolah mengikis kata “ baru kenal” yang kau ungkapkan tadi “ sanggah GB yang duduk di kursi di sebrang Ansy, jantungnya berdetak tak beraturan bahkan wajahnya membias ketakutan yang amat sangat. Memang benar, mereka baru berkenalan dua bulan yang lalu, tapi kesupelan Ansy dalam menjalin persahabatan, membuat dia mudah bergaul, dan cepat mendapatkan keakraban dari teman –teman baru di tempat kost.

“ Terus maunya GB apa ? “ suaranya lirih, namun mampu menyengat GB dengan aliran listrik 10ribu watt, inilah saatnya…inilah saatnya , kegusaran GB bertambah, sekarang atau tidak sama sekali. Gosip yeng beredar terlampau sulit untuk di sangkal

“Aku mau kejelasan hubungan kita, aku tak mau menggantung “ bibir GB bergetar, matanya menatap luruh kearah dahi Ansy “ never look into her eyes” begitu kira – kira sebuah nasehat yang pernah ia terima dari guru etika komunikasinya sewaktu di bangku sekolah dulu, memang diantara pria penghuni kamar di kost tempat GB, hanya GB lah yang terlihat lebih akrab dan lebih medra terhadap Ansy, pun juga demikian dengan Ansy terhadap GB, sehingga tak salah jika rumor yang beredar di lingkungan kost mengatakan bahwa GB telah menjadi pacar Ansy.

“ Menggantung gimana maksud kamu? “

“Aku hanya ingin memastikan posisiku dimatamu, agar aku juga tak terlalu berharap banyak kekamu “

“ Maksud kamu “ dahi Ansy mengernyit tajam, sungguh pernyataan GB membuatnya semakin pusing.

“Woi..man sadar…sadar, ngelamun mulu “ suara cempreng Farbee menyentakkan lamunan GB.

“Apaan “ GB menutup – nutupi rasa kagetnya.

“Resleting celana lu tuh kebuka “ seru Ebeng di tengah gemuruhnya music yang mengalun sementara matanya dengan cuek menatap lurus kedepan.

“ Hah! “ GB tergagap, sementara Farbee dan Ebeng cuma bisa ngakak, puas mengerjai GB. GB mengumpat panjang pendek.

16: 45

Konser belum kelar, tapi GB yang tak focus pada konser mengajak mereka untuk keluar. Gerutu teman – temannya karena mengajak keluar sebelum konser kelar, tak di gubrisnya. Siang itu GB seperti berada di dunianya sendiri. Di tempat parkir Farbee makin jengkel lagi, saat mendapati tutup busi motornya telah amblas di bawa maling, hari gini kok ya ada maling penutup busi, GB hanya geleng gelang kepala.Namun tak perlu lama untuk mencari penggantinya, diantara puluhan motor yang terparkir saat itu, gila! benar benar gila, Ebeng seolah tak peduli sekitarnya, aku hanya menatap mereka dengan perasaan ngeri, ngga lucu juga kan hanya gara-gara maling tutup busi, mereka jadi babak belur di hajar masa kalau sampai ketahuan, maling kok di balas dengan maling.

“ Kita ketempat si Milladi aja yuk “ ajak Ebeng, setelah motor telah mulus kembali berjalan menyusuri jalanan beraspal jauh meninggalkan tempat konser, seolah melupakan kejadian barusan. GB sempat berpikir, gimana seandainya pemilik motor yang telah hilang tutup businya tadi adalah seorang cewe, kasihan juga kan, mana bengkel terdekat di daerah Renon jaraknya lumayan jauh, dan lagi ini hari minggu, pasti banyak yang tutup hhh…GB mendesah. GB yang tadinya ingin menolak, terpaksa mengiyakan saja, hatinya perlu di refres ulang, kira kira seperti itulah pikiran yang terus mengiang di benaknya.

“Kamu menganggap aku sebagai apa ? “ Tanya GB, hatinya telah siap menerima jawaban terburuk sekalipun.

“ Yaa…aku menganggap kamu sebagai teman “ jeduaaar, jawaban itu seolah petir yang menyambar di lebatnya hujan bulan November, seketika GB menjadi lemas.

“ Sebatas itukah ? “ masih belum percaya, atau tepatnya GB masih belum bisa menerima pernyataan Ansy tadi.

“ Iya “ jawab Ansy pendek, dia sedikit bingung, dengan pertanyaan GB, sebenarnya ini ada apa sih ?, mungkin seperti itulah pertanyaan yang menggelayut di benak Ansy.

“Dengan segala keakraban yang terjalin selama ini ?, dengan kemesraan yang kau berikan ke aku selama ini ? “ GB masih berharap Ansy merubah pernyataannya tadi.

“ GB… sebenarnya semua ini tentang apa ?, apa yang mau kamu ungkapkan ke aku, jangan bertele – tele ? “ Ansy yang terus di selubungi kebingungan akhirnya membuka jalan.

“ Aku maunya kita jadian…” sedikit menggantung, namun tekad GB semakin bulat, sepertinya Ansy belum sadar akan arah pembicaraan mereka sedari tadi.

Diiiiin ! lagi lagi, sebuah klakson motor menyentakkan lamunan GB, GB menoleh. Dilihatnya di belakang Farbee dan Ebeng telah membelokkan motornya memasuki sebuah gang, sial ! sampai kelewatan, rutuk GB dalam hati. GB memutar motornya, dan menyusul motor Farbee yang telah berbelok memasuki halaman sebuah rumah. Tempat kos Milladi.

17 : 13

“ Aku bawa ini nih, ada yang mau nggak “ Ebeng mengeluarkan botol plastik dari dalam tas punggungnya, berisi cairan bening agak kekuningan. Setelah beberapa saat mereka masuk kedalam kamar Milladi, yang saat itu tengah asyik menyetrika baju kerja untuk besok.

“ Apaan tu ? “ GB mengamati cairan dalam botol dengan perasaan sedikit ngeri, jangan…jangan.

Arak “ jawab Ebeng singkat, benar saja dugaan GB, Milladi sudah tersenyum lebar, sedang Farbee Cuma cengengesan. Gila!, aku telah berhenti mengkonsumsi barang haram itu, dan aku tak mau terjerumus lagi. Memang…situasi saat ini sedang mendukung, tapi, tidak GB berperang dengan dirinya sendiri, satu sisi menolak sedang yang lainnya menggoda untuk mencoba.

“Wah sorry gua ngga bisa nih, ntar ngga bisa pulang gua “ tolak GB dengan halus.

“ Ayolah man sedikit saja, untuk penghangat tubuh “ rayu Ebeng. GB kekeh menggeleng.

Ansy hanya tersenyum.

“ Bukankah kamu tahu GB, kalo aku masih punya pacar ? “

“ Iya aku tahu tapi kan pacarmu jauh di Jakarta Ansy, dan hubungan kalian pun saat ini sedang menggantung “ jawab GB. Ansy diam.

“Malah kalau aku bilang hubungan kalian sedang tidak harmonis saat ini “

“ Bagaimana kamu bisa menjudge hubunganku ngga harmonis dengan pacarku saat ini, kamu tau apa tentang hubungan kami !“ Ansy sedikit tersinggung, atau mungkin sedikit terpukul, sebab memang kenyataannya begitu, hubungan mereka saat ini memang kurang harmonis, pacar Ansy memang ngga suka dengan cinta jarak jauh, dan sedikit tak percaya, bahwa nantinya Ansy bakalan ngga selingkuh, makanya sementara Ansy di Bali, karena tuntutan tugas, mereka sepakat untuk break.

“Ma’af mungkin kamu lupa dengan apa yang pernah kamu bicarakan kemaren kemaren, tapi yang jelas, aku tak perlah lupa dengan ceritamu, sebab itu yang menjadi alasan kuatku untuk mendekatimu “ sedikit tenang, GB berusaha menenangkan Ansy, dan benar Ansy pun terdiam, entah apa yang di pikirkannya saat ini.

“ Tapi yang jelas aku tetap ngga bisa GB “

“ Berikan aku alasan yang kuat kenapa kamu ngga bisa “ GB terus memburu.

“ Sudah jelas kan, aku masih punya pacar “ ragu – ragu, itu kesan yang di tangkap oleh GB dari pernyataan Ansy barusan.

“Itu bukan alasan yang kuat, dan aku menganggap itu hanya sebuah pernyataan untukmu agar bisa menghindar dari kenyataan yang ada “ Ansy bungkam. Nih anak ngotot amat sih pikirnya.

“ Karena aku tak mencintai kamu “ habis akal, akhirnya pernyataan itu yang keluar dari bibir Ansy.

“ Bullshit!, setelah semua hari- hari yang kita lewati dengan kemesraan dan keakraban, kamu bilang tak cinta….”

“ Apa hakmu memaksa aku untuk mencintai kamu “ potong Ansy dengan ketus. Sekarang giliran GB yang terdiam.

“Memang bukan hakku, tapi apakah aku salah jika mengira dan menganggap bahwa kamu seolah – olah mencintai aku. Aku terlalu di butakan oleh sikapmu terhadapku selama ini, kamu boleh menganggap aku Ge Er atas sikapmu terhadapku, tapi apakah aku salah telah menganggapnya begitu ? “

“Yang jelas aku masih belum bisa GB, dan jangan paksa aku untuk menjawab itu sekarang “ wajah Ansy menampakkan keputus asaan.

“Tapi aku terlalu tersiksa dengan hubungan tanpa status kita saat ini Ansy, dan aku tak mau memperpanjang penyiksaan ini “. Sekarang atau tidak sama sekali, itu saja yang terus terngiang di telinga GB.

“ Baik kalau kamu memaksa, ada satu hal yang ingin aku tanyakan ke kamu, seandainya aku menerima apa yang akan kamu lakukan, dan jika aku menolak apa yang akan kamu lakukan ? “.

“ Duh nih anak dari tadi ngelamun mulu, lu kesurupan dimana sih ?” Ebeng menepuk bahu GB yang terpekur melamun sementara matanya menatap kosong kearah layar TV.

“ Eh apa ? “ lagi – lagi GB tergagap.

“ Tahu ah, lu kalo punya masalah ngomong dong ke kita – kita, siapa tau kita bisa membantu “ Ujar Farbee, matanya merah, pengaruh alkohol dari Arak yang diminumnya sepertinya telah bereaksi, nih anak kalo lagi teler ngomongnya sedikit lurus.

“ Memangnya ada apaan sih “ Milladi yang ngga ngeh jadi penasaran.

“ Nih si GB dari tadi ngelamun mulu, kayaknya ada masalah dengan cewe nih anak “ kata Ebeng pengaruh alcohol dari arak yang diminum sepertinya juga telah bereaksi.

“Kalo soal cewe lu ngobrol ajah sama pakarnya ni “ kata Milladi sambil berlagak membenarkan kerah bajunya.GB tersenyum kecut, sepertinya rahasia ini mesti dia kubur jauh kedalam hatinya, melihat karibnya tengah asyik dalam dunia hayal pengaruh alcohol.

“Ah..ngga ada, gua ngga ada masalah apa-apa “ jawab GB ngeles, ketiga karibnya pun akhirnya terdiam, sadar bahwa GB tak mau berbagi masalah dengan mereka.

20:00

GB gelisah dalam kamarnya seorang diri, di atas ranjang tubuhnya tak mau diam, sebentar miring kekanan, sebentar kemudian miring kekiri.

“ Ya kalau kamu menerima, berarti kita jadian, dan keakraban serta kemesraan kita selama ini berlanjut, dan jika kamu menolak aku juga tak akan memungkiri bahwa mungkin hatiku akan terasa sakit, tapi bagaimana pun juga ada atau pun ngga ada dirimu di sisiku, kehidupanku akan terus berjalan, ngga mungkin kan, setelah kamu tolak besok jadi kiamat, tapi ma’af jika nantinya sikapku akan sedikit berubah ke kamu, tapi aku pastikan kita masih tetap berteman “ diplomatis, tapi sayang, jawaban itu tak sepenuh hati, kalimat – kalimat itu telah terukir jauh – jauh hari sebelum kejadian malam tadi, sebuah kalimat yang ia terima dari teman curhatnya sekaligus pembimbing dalam menghadapi wanita, bahkan perasaan menerima dari sebuah jawaban paling buruk sekalipun, itu mengapa GB sedikit tegar malam itu, untuk menghadapi jawaban Ansy yang paling buruk sekalipun.

“ Kok gitu ? “ Tanya Ansy

“ Ya gimana, kan ngga mungkin aku terus deketin kamu, sementara harapan untuk jadi pacar kamu ngga ada ? “ seloroh GB

“ Ngga lucu “ Ansy merengut, nih anak aneh juga, pikir GB, kan bener jawabanku tadi. GB hanya tersenyum.

“Terus gimana ? “ GB melirik jam yang melingkar di tangannya, jam 12 malam, gila!.

“ Sepertinya, aku masih ngga bisa GB, ma’afin aku, tapi kita tetap berteman kok, dan aku harap sikapmu ngga berubah ke aku “ Akhirnya meluncur juga sebuah jawaban yang sedari awal GB telah siap menerimanya, Mata Ansy berkaca – kaca, GB sampai heran, apa yang sebenarnya dia inginkan ?, tak menerima cintanya, tapi mengharapkan hubungan mereka seperti kemarin –kemarin, bermanja- manja seperti sepasang kekasih, padahal status hanya seorang teman, perhatian yang lebih, hingga mau tidurpun mereka selalu berbalas SMS mengucap selamat tidur, mimpi yang indah, dan sebagainya.

“Baiklah, kalau memang keputusanmu seperti itu, aku masih bisa menepati janji untuk tetap menjadikanmu sebagai teman, tapi sekali lagi, ma’af, aku pastinya ngga bisa untuk tetap mempertahankan sikapku terhadapmu, selamat malam Ansy, semoga mimpi indah “ dengan senyum sebagai penutup, GBpun beranjak dari kursi di teras depan kamar Ansy, dan berlalu menuju tangga kelantai atas, sementara Ansy hanya menatap kepergian GB dengan perasaan yang tak kalah sakitnya, sungguh dia pun sebenarnya berat menolak GB, tapi tentu saja, dia tak mau di cap sebagai pacar yang selingkuh, meski status ia sendiri dengan pacarnya sedikit menggantung.

Apakah rinai hujan di awal bulan Desember mampu menyiram kerak tanah kering yang terbasuh teriknya matahari bulan Mei, ataukah kering ini hanya sebuah tujuan dari semi semi bunga Akasaia yang mulai mengelopak menyambut basah. Tak ada yang tahu bahkan sebuah jawaban bijak pun tak mampu meranggaskan daun jati untuk gugur menghunjam bumi.

No comments:

Powered By Blogger